Senin, 26 September 2011

Obama Ingin jadi Perdana menteri Indonesia


Sebuah cuplikan buku mengenai Stanley Ann Dunham, ibu Presiden Amerika Serikat Barack Obama, sangat mengejutkan. Dalam buku itu terdapat sebuah dialog Barack Obama dengan ayah tirinya, Lolo Soetoro, yang menunjukkan keinginan Obama kecil saat itu untuk menjadi Perdana Menteri Indonesia.

Dialog Barry (nama kecil Obama) dengan Lolo diceritakan kembali oleh Saman, seorang pengasuh di kediaman Obama di Menteng Dalam, Jakarta. "Kamu ingin jadi apa saat besar nanti?" Lolo bertanya pada Barry, seperti diceritakan kembali oleh Saman.

"Oh, perdana menteri", Barry menjawab pertanyaan itu.

Barry kecil menduga dia akan tinggal selamanya di Indonesia sehingga dia sudah memikirkan masa depannya di negeri ayah tirinya ini. Namun belakangan, karena peduli pendidikan Barry, Ann Dunham mengirim Obama ke Hawaii di usia 10 tahun, dan di sinilah Barry justru meletakkan visinya untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.

Cerita ini muncul dalam buku 'A Singular Woman: The Untold Story of Barack Obama's Mother' yang ditulis wartawan New York Times, Janny Scott. New York Magazine kemudian menurunkan laporan serial mengenai sari buku ini.

Meski berfokus pada Ann Dunham yang wafat pada 1995 lalu, buku ini menyinggung soal masa kecil Obama di Indonesia, termasuk pandangan yang membentuknya sebagai seseorang yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44.

Di buku ini pula tersebut kisah Barry yang berkulit hitam dan keriting mengalami perlakuan rasial saat kecil di Indonesia. Namun justru, pengalaman ini membuat Barry menjadi seseorang yang kalem dan sabar.

Scott menulis, "Orang Jawa, khususnya Jawa Tengah, menaruh perhatian khusus pada pengendalian diri... Pengendalian diri ditanamkan melalui budaya menggoda, kata Kay Ikranagara kepada saya. Suaminya, Ikranagara, menyatakan, "Orang menggoda orang lain karena warna kulit sepanjang waktu". Jika seorang anak kecil membiarkan godaan itu mengganggunya, dia akan digoda lagi.

Jika dia tak acuhkan, godaan akan berhenti. "Duta Besar kami mengatakan ini yang menyebabkan Barry belajar menjadi kalem," kata Kay. "Jika kamu marah dan bereaksi, kamu kalah. Jika kamu belajar tertawa dan tak mempedulikannya, kamu menang".

Militer Vietnam di balik pembalakan liar di Laos

29 July 2011

Log di Qui Nhon, Vietnam - photo EIA
Sebuah investigasi sehubungan dengan semakin mengecilnya kawasan hutan di Laos sejak 2010 - 2011 kemarin Kamis, 28 Juli 2011 melaporkan bahwa militer Vietnam berperan sangat besar dalam pembalakan liar hutan di Laos selama ini. Vietnam sebagai pengekspor produk kayu ke Eropa dan Amerika mengandalkan pasokan bahan baku kayu logs 80% dari beberapa negara penghasil kayu termasuk Malaysia, Laos, Selandia Baru, Kepulauan Solomon, Uruguay, Afrika Selatan dan lainnya.

Investigasi tersebut dilakukan oleh EIA (Environmental Investigation Agency) yang bermarkas besar di London, Inggris selama kurun waktu 2010 - 2011 dengan judul CROSSROADS.
Jenis kayu yang selama ini secara ilegal didatangkan ke Vietnam adalah kayu 'Yellow Balau' dan Keruing. Dilaporkan pula bahwa pembeli kayu ilegal terbesar adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh militer Vietnam.
Pada kunjungan terselubung di sebuah dermaga laut bernama Qui Nhon, Vietnam, investigator menemukan fakta ratusan kayu Yellow Balau di dermaga tersebut dimiliki oleh sebuah perusahaan Vietnam dengan mencantumkan nama instansi militer tertentu.

Dari hasil penemuan tersebut, di dalam laporannya EIA memberikan rekomendasi kepada 4 pihak yang memiliki peranan penting dalam memberantas pembalakan liar tersebut.
1. Pemerintah Laos
- Memperkuat pelarangan ekspor kayu bulat
- Mempublikasikan semua batas kuota penebangan hutan dan proses seleksinya.
- Menkaji ulang aturan pembukaan hutan untuk lahan pertanian.

2. Pemerintah Vietnam
- Menghargai peraturan negara Laos dengan cara melarang impor kayu dari Laos.
- Membuka pembicaraan bilateral dengan pemerintah Laos tentang tatacara perdagangan kayu kedua negara.
- Bekerjasama dengan asosiasi pengusaha industri kayu di Vietnam untuk tidak menggunakan kayu dari Laos.
- Untuk tidak melibatkan militer dalam operasi pendistribusian kayu dari Laos.

3. Uni Eropa
- Membuka diskusi dengan kedua pemerintah Laos & Vietnam terkati masalah pembalakan liar.

4. Perusahaan industri kayu dan peritel yang terkait
- Memastikan bahwa sumber bahan baku kayu dari Vietnam memiliki dokumen yang bukan diimpor dari Laos.

Pada tahun 2008, EIA sudah pernah memberikan laporan serupa terkati pembalakan liar di Laos dan distribusinya ke Vietnam yang berjudul BORDERLINES. Apabila anda ingin mendapatkan laporan dalam file pdf.