PENDAHULUAN Pohon Surian atau Suren termasuk famili Meliaceae dan Genus Toona serta dikenai memiliki 6 jenis, yaitu: Toona Sureni, Toona Sinensis, Toona febribuga,Toona diiata, Toona australis dan Toona calantas. Di Indonesia dikenal dua jenis, yaitu Toona sureni dan Toona sinensis. Pengembangan budidaya surian saat ini masih terbatas untuk tujuan pembatas kebun rakyat, pohon naungan, pohon pemecah angin (wind breaker) maupun untuk penanaman peneduh di pinggir jalan. Mempertimbangkan prospeknya yang menjanjikan maka perlu upaya meningkatkan minat masyarakat untuk membudidayakan pohon surian, utamanya untuk menjadi salah satu jenis potensiai pilihan pada pengembangan Hutan Tanaman industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) maupun untuk tujuan konservasi dan rehabilitasi hutan. PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH Pohon Surian menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat serta Papua. Sifat pohon surian dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan mendapat cahaya langsung (<1200 m dpl). Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C. Jenis tanah yang dikehendaki meliputi tanah-tanah berlempung yang dalam, subur, berdrainase baik serta menyenangi tanah basa. TEKNIK PENANGANAN BENIH Bunga muncul bervariasi mulai buian Juni-Oktober (Jawa) dan Mei-Juni (Sumatera). Buah berbentuk kapsul menjorong serta memiliki satu atau lebih lokul (katup) yang berisi banyak biji. Buah dikelompokkan pada buah kering yaitu seluruh kulit buah menjadi kering dan keras sewaktu masak. Biji surian mencapai 267.000 biji/kg. Benih surian termasuk semi rekalsitran dengan pola perkecambahan benih termasuk tipe Epigeal. Koleksi benih dapat diperoleh dengan cara sbb:
A. Penyimpanan Benih
TEKNIK PERSEMAIAN A. Penyemaian benih
B. Penyapihan B.1 Penyapihan
B.2 . Pembuatan bibit tanpa penyapihan Teknik ini dilakukan dengan menyemai langsung benih pada kantong plastik di bedeng persemaian. Setelah berumur 2,5-3 bulan bibit yang tumbuh siap ditanam di lapangan. Teknik ini memiliki kekurangan karena bibit yang tumbuh sering memiliki pertumbuhan tidak seragam dan membutuhkan penyapihan ekstra (apabila benih rendah). C. Pengangkutan Bibit Tahap ini dapat dilakukan dengan didahului seleksi bibit dengan penampilan seragam dan sehat serta membuang bibit dengan pertumbuhan tertekan kerdil, batang bengkok, batang patah dan bibit terserang hama/penyakit. Bibit hasil seleksi sewaktu dibawa ke lokasi penanaman terlebih dulu disusun dalam kantong plastik atau keranjang dan wadah lain dengan rapi untuk menghindari kerusakan bibit selama pengangkutan. D. Teknik Penanaman Tahapan penanaman:
E. PERTUMBUHAN DAN SIFAT KAYU Pohon surian termasuk jenis yang tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam dan berakar cabang banyak. Pada umur 10-12 tahun sudah dapat menghasilkan kayu untuk tiang-tiang rumah. Warna kayu teras merah coklat, muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras; tekstur kayu sangat kasar; arah serat lurus atau agak berpadu; permukaan kayu agak licin dan mengkilap indah; pada bidang radial dan tangensial tampak gambaran berupa pita-pita yang berwarna lebih tua. Berat jenis 0,53 (0,42-0,65); Penyusutan dan keadaan basah sampai kering tanur 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Keawetan kayu Surian termasuk sedang (IV-V) dengan kelas kuat (IV). Penggunaan kayunya untuk pembuatan papan peti, papan perahu, papan rumah, kotak cerutu, kayu lapis, venir, dan mebel. F. NILAI EKONOMI Harga log dan kayu gergajian surian bervariasi tergantung kualitas kayu. Harga papan kayu surian pada saat ini rata-rata > 1 juta/m3. Biji surian mengandung minyak tidak berwarna tetapi beraroma wangi sedangkan pucuk dan daun surian mengandung karoten, vitamin dan asam amino yang bermanfaat untuk berbagai tujuan seperti untuk bahan baku obat, makanan ternak dan berperan untuk insektisida alami. |
Senin, 14 November 2011
TEKNIK BUDIDAYA SURIAN
KAYU JATI
Untuk kegunaan lain dari Jati, lihat Jati (disambiguasi).
Pucuk jati dan buahnya | ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Tectona grandis Linn. f. |
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.[2] Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.[1]
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.[3] Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.[3] Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.[4] Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.[4]
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.[5] Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.[5] Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.[5] Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.[5] Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan. [5]
Proses Membuat Furniture
Finishing
Pada artikel 1 & 2 pembahasan hanya hingga proses assembling. Proses dasar pembuatan furniture selanjutnya adalah finishing. Finishing merupakan proses pelapisan akhir permukaan kayu yang bertujuan untuk memperindah permukaan kayu sekaligus memberikan perlindungan furniture dari serangan serangga ataupun kelembaban udara.
Dalam beberapa jenis dan tipe furniture, proses finishing harus dilakukan sebelum komponen dirakit. Hal ini dilakukan karena finishing lebih mudah dilakukan sebelum komponen dirakit. Tentangkayu membahas lebih detail tentang finishing pada bagian terpisah.
Packaging
Terlepas dari proses finishing, product dipindahkan ke bagian packing. Di dalam area ini beberapa aksesoris (kunci, handle, rel dll) dan perlengkapan lain dipasang kembali. Jenis-jenis packing yang digunakan juga tergantung pada tujuan akhir dan level kualitas furniture. Lebih mahal dan lebih jauh lokasi pengiriman membutuhkan packaging yang lebih kuat dan lebih cermat.
Seluruh proses tersebut harus dilakukan pada pembuatan furniture untuk mendapatkan kualitas semaksimal mungkin dan pada akhirnya menjadikan kepuasan tersendiri bagi pembeli. Proses menjadi kunci penting untuk keawetan dan kualitas furniture dari kayu. Hasil akhir yang tidak melalui proses lengkap bisa membuat kesan pertama yang menarik akan tetapi tidak bertahan lama.
Pada artikel 1 & 2 pembahasan hanya hingga proses assembling. Proses dasar pembuatan furniture selanjutnya adalah finishing. Finishing merupakan proses pelapisan akhir permukaan kayu yang bertujuan untuk memperindah permukaan kayu sekaligus memberikan perlindungan furniture dari serangan serangga ataupun kelembaban udara.
Dalam beberapa jenis dan tipe furniture, proses finishing harus dilakukan sebelum komponen dirakit. Hal ini dilakukan karena finishing lebih mudah dilakukan sebelum komponen dirakit. Tentangkayu membahas lebih detail tentang finishing pada bagian terpisah.
Packaging
Terlepas dari proses finishing, product dipindahkan ke bagian packing. Di dalam area ini beberapa aksesoris (kunci, handle, rel dll) dan perlengkapan lain dipasang kembali. Jenis-jenis packing yang digunakan juga tergantung pada tujuan akhir dan level kualitas furniture. Lebih mahal dan lebih jauh lokasi pengiriman membutuhkan packaging yang lebih kuat dan lebih cermat.
Seluruh proses tersebut harus dilakukan pada pembuatan furniture untuk mendapatkan kualitas semaksimal mungkin dan pada akhirnya menjadikan kepuasan tersendiri bagi pembeli. Proses menjadi kunci penting untuk keawetan dan kualitas furniture dari kayu. Hasil akhir yang tidak melalui proses lengkap bisa membuat kesan pertama yang menarik akan tetapi tidak bertahan lama.
Langganan:
Postingan (Atom)