Senin, 14 November 2011

TEKNIK BUDIDAYA SURIAN


PENDAHULUAN
Pohon Surian atau Suren termasuk famili Meliaceae dan Genus Toona serta dikenai memiliki 6 jenis, yaitu: Toona Sureni, Toona Sinensis, Toona febribuga,Toona diiata, Toona australis dan Toona calantas. Di Indonesia dikenal dua jenis, yaitu Toona sureni dan Toona sinensis.
Pengembangan budidaya surian saat ini masih terbatas untuk tujuan pembatas kebun rakyat, pohon naungan, pohon pemecah angin (wind breaker) maupun untuk penanaman peneduh di pinggir jalan.  
Mempertimbangkan prospeknya yang menjanjikan maka perlu upaya meningkatkan minat masyarakat untuk membudidayakan pohon surian, utamanya untuk menjadi salah satu jenis potensiai pilihan pada pengembangan Hutan Tanaman industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) maupun untuk tujuan konservasi dan rehabilitasi hutan.
PENYEBARAN DAN TEMPAT TUMBUH
Pohon Surian menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat serta Papua.            
Sifat pohon surian dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan mendapat cahaya langsung (<1200 m dpl). Jenis ini menghendaki iklim agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C. Jenis tanah yang dikehendaki meliputi tanah-tanah berlempung yang dalam, subur, berdrainase baik serta menyenangi tanah basa.
TEKNIK PENANGANAN BENIH
Bunga muncul bervariasi mulai buian Juni-Oktober (Jawa) dan Mei-Juni (Sumatera). Buah berbentuk kapsul menjorong serta memiliki satu atau lebih lokul (katup) yang berisi banyak biji. Buah dikelompokkan pada buah kering yaitu seluruh kulit buah menjadi kering dan keras sewaktu masak. Biji surian mencapai  267.000 biji/kg.
Benih surian termasuk semi rekalsitran dengan pola perkecambahan benih termasuk tipe Epigeal. Koleksi benih dapat diperoleh dengan cara sbb:
  • Seleksi pohon sumber benih dan beberapa lokasi yang memiliki pertumbuhan terbaik.
  • Pengunduhan buah yang memiliki kriteria masak fisiologis (ditandai kulit buah berwarna coklat tua tetapi belum pecah).
  • Ekstraksi biji dilakukan dengan menjemur buah yang belum pecah kulitnya di bawah sinar matahari selama  1 sampai 2 hari, kemudian biji akan keluar dan kapsul buah. Biji dibersihkan dan dikering-anginkan di tempat teduh.
  • Benih dapat juga diperoleh dan sumber benih yang telah tersedia, namun hingga saat ini masih terbatas pada tegakan benih terseleksi.
A.      Penyimpanan Benih
  • Pengemasan benih sebelum digunakan disarankan menggunakan wadah kedap udara seperti kaleng dan wadah plastik berpenutup. Suhu penyimpanan sekitar 25-30°C dengan kelembaban berkisar 70-80%. Teknik di atas setelah 6 bulan mampu mempertahankan persen kecambah 25-50%.
  • Teknik lain adalah dengan memasukkan biji ke dalam wadah yang tertutup rapat, kemudian disimpan di ruang dingin (suhu 3-10°C). Teknik ini mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 6—12 bulan dengan persen kecambah 56,6%, namun secara periodik akan mengalami penurunan viabilitas.
TEKNIK PERSEMAIAN
A.  Penyemaian benih
  • Penyiapan bak kecambah dan media semai (pasir halus hasil ayakan setebal 20-25 cm).
  • Penaburan benih surian ke dalam media semai secara merata (benih sebaiknya dicampur pasir halus sebelum penaburan).
  • Penutupan benih dengan pasir halus setebal 1-2 cm.
B. Penyapihan
B.1 Penyapihan
  • Penyiapan bedeng sapih dengan naungan (atap jerami,daun kelapa/nipah,sarlon-net) di atasnya
  • Penyiapan kantong sapih dan plastik hitam (ukuran panjang 15 cm dan diameter 10 cm) diisi dengan campuran topsoil + pupuk kandang/kompos (perbandingan 5 : 1). Kantong sapih disusun di bedeng sapih.
  • Kritenia kecambah untuk disapih antara lain telah berumur 3-4 minggu, memiliki pertumbuhan sehat, memiliki sepasang daun sempurna bebas hama/penyakit.
  • Kecambah disapih kedalam kantong plastik yang sebelumnya telah dibuatkan lubang kecil dan tusuk bambu, kemudian tanah ditekan untuk membuat kecambah tidak mudah goyah.
  • Bibit setelah berumur 2-3 bulan, umumnya sudah siap di tanam di lapangan.
B.2 . Pembuatan bibit tanpa penyapihan
Teknik ini dilakukan dengan menyemai langsung benih pada kantong plastik di bedeng persemaian. Setelah berumur 2,5-3 bulan bibit yang tumbuh siap ditanam di lapangan. Teknik ini memiliki kekurangan karena bibit yang tumbuh sering memiliki pertumbuhan tidak seragam dan membutuhkan penyapihan ekstra (apabila benih rendah).
C. Pengangkutan Bibit
Tahap ini dapat dilakukan dengan didahului seleksi bibit dengan penampilan seragam dan sehat serta membuang bibit dengan pertumbuhan tertekan kerdil, batang bengkok, batang patah dan bibit terserang hama/penyakit. Bibit hasil seleksi sewaktu dibawa ke lokasi penanaman terlebih dulu disusun dalam kantong plastik atau keranjang dan wadah lain dengan rapi untuk menghindari kerusakan bibit selama pengangkutan.
D. Teknik Penanaman
Tahapan penanaman:
  1. Pengolahan lahan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Secara manual dapat membuat cemplongan (pembuatan lubang tanam dan penggemburan). Secara mekanis dapat menggunakan traktor (pembajakan dan penggemburan lahan), kemudian dilanjutkan pembuatan lubang tanam.
  2. Ukuran lubang tanam sebaiknya berukuran panjang x lebar x dalam (30cm x30cm x 25cm)
  3. Jarak tanam sebaiknya mempertimbangkan ruang tumbuh ideal, terutama tajuk tanaman tidak tertekan dalam perkembangannya yaitu 3 x 2m, 3 x 3m atau 3 x 4m.
  4. Pupuk dasar: 1-2 minggu sebelum penanaman setiap lubang tanam diberi pupuk kandang masing-masing 1-2 kg. Jika tanah terlalu masam dapat ditambahkan kapur dolomit (0,5 kg/lubang tanam) yang pemberiannya dilakukan bersamaan pemberian pupuk kandang.
  5. Penanaman bibit diiakukan dengan membuang kantong piastik sebelumnya dengan tetap menjaga media dan akar tidak pecah. Padatkan tanah di sekitar lubang tanam untuk memperkokoh kedudukan bibit yang baru ditanam.
  6. Tahapan Pemeliharaan:
    • Penyulaman harus segera dilakukan pada tahun pertama setelah penanaman dengan mengganti tanaman mati atau tanaman kerdil dengan bibit yang umurnya sama, dengan menyesuaikan musim hujan.
    • Lakukan pemupukan dengan dosis anjuran (pupuk Urea : TSP: KC1 dengan komposisi 200 kg: 100 kg 50 kg, setiap Ha).
    • Pengendalian gulma: merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan dengan melakukan penyiangan 3-4 minggu sekali dilanjutkan penggemburan tanah di sekitar lubang tanam. Penyiangan diiakukan 2-3 tahun atau sampai tanaman bebas tekanan gulma.
    • Pengendalian hama/penyakit: Sampai saat ini belum banyak hama/penyakit yang serius menyerang pohon surian. Namun untuk serangan belalang sering membuat daun rusak dan pengendaliannya dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektisida secepatnya.
    • Pemangkasan: Untuk mendapatkan tinggi bebas cabang optimal, maka pemangkasan cabang harus dilakukan dengan gergaji pangkas sehingga pembentukan mata kayu yang dapat menurunkan kualitas kayu dapat ditekan.
    • Penjarangan: Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal pada diameter batang, maka penjarangan dapat dilakukan apabila tajuk pohon telah saling menekan, dengan membuang pohon yang tertekan pertumbuhannya, tajuk pohon batang yang bengkok dan pohon terserang hama/ penyakit dan dilakukan secara bertahap dengan
    • intensitas penjarangan 25-30%.
E. PERTUMBUHAN DAN SIFAT KAYU
Pohon surian termasuk jenis yang tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam dan berakar cabang banyak. Pada umur 10-12 tahun sudah dapat menghasilkan kayu untuk tiang-tiang rumah.
Warna kayu teras merah coklat, muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras; tekstur kayu sangat kasar; arah serat lurus atau agak berpadu; permukaan kayu agak licin dan mengkilap indah; pada bidang radial dan tangensial tampak gambaran berupa pita-pita yang berwarna lebih tua. Berat jenis 0,53 (0,42-0,65); Penyusutan dan keadaan basah sampai kering tanur 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial).
Keawetan kayu Surian termasuk sedang (IV-V) dengan kelas kuat (IV). Penggunaan kayunya untuk pembuatan papan peti, papan perahu, papan rumah, kotak cerutu, kayu lapis, venir, dan mebel.
F. NILAI EKONOMI
Harga log dan kayu gergajian surian bervariasi tergantung kualitas kayu. Harga papan kayu surian pada saat ini rata-rata > 1 juta/m3. Biji surian mengandung minyak tidak berwarna tetapi beraroma wangi sedangkan pucuk dan daun surian mengandung karoten, vitamin dan asam amino yang bermanfaat untuk berbagai tujuan seperti untuk bahan baku obat, makanan ternak dan berperan untuk insektisida alami.

KAYU JATI

Pucuk jati dan buahnya
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Tectona
Spesies: T. grandis
Nama binomial
Tectona grandis
Linn. f.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.[2] Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.[1]
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.[3] Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.[3] Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.[4] Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.[4]
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.[5] Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.[5] Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.[5] Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.[5] Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan. [5]

Proses Membuat Furniture

Finishing
Pada artikel 1 & 2 pembahasan hanya hingga proses assembling. Proses dasar pembuatan furniture selanjutnya adalah finishing. Finishing merupakan proses pelapisan akhir permukaan kayu yang bertujuan untuk memperindah permukaan kayu sekaligus memberikan perlindungan furniture dari serangan serangga ataupun kelembaban udara.

Dalam beberapa jenis dan tipe furniture, proses finishing harus dilakukan sebelum komponen dirakit. Hal ini dilakukan karena finishing lebih mudah dilakukan sebelum komponen dirakit. Tentangkayu membahas lebih detail tentang finishing pada bagian terpisah.

Packaging
Terlepas dari proses finishing, product dipindahkan ke bagian packing. Di dalam area ini beberapa aksesoris (kunci, handle, rel dll) dan perlengkapan lain dipasang kembali. Jenis-jenis packing yang digunakan juga tergantung pada tujuan akhir dan level kualitas furniture. Lebih mahal dan lebih jauh lokasi pengiriman membutuhkan packaging yang lebih kuat dan lebih cermat.

Seluruh proses tersebut harus dilakukan pada pembuatan furniture untuk mendapatkan kualitas semaksimal mungkin dan pada akhirnya menjadikan kepuasan tersendiri bagi pembeli. Proses menjadi kunci penting untuk keawetan dan kualitas furniture dari kayu. Hasil akhir yang tidak melalui proses lengkap bisa membuat kesan pertama yang menarik akan tetapi tidak bertahan lama.

Senin, 26 September 2011

Obama Ingin jadi Perdana menteri Indonesia


Sebuah cuplikan buku mengenai Stanley Ann Dunham, ibu Presiden Amerika Serikat Barack Obama, sangat mengejutkan. Dalam buku itu terdapat sebuah dialog Barack Obama dengan ayah tirinya, Lolo Soetoro, yang menunjukkan keinginan Obama kecil saat itu untuk menjadi Perdana Menteri Indonesia.

Dialog Barry (nama kecil Obama) dengan Lolo diceritakan kembali oleh Saman, seorang pengasuh di kediaman Obama di Menteng Dalam, Jakarta. "Kamu ingin jadi apa saat besar nanti?" Lolo bertanya pada Barry, seperti diceritakan kembali oleh Saman.

"Oh, perdana menteri", Barry menjawab pertanyaan itu.

Barry kecil menduga dia akan tinggal selamanya di Indonesia sehingga dia sudah memikirkan masa depannya di negeri ayah tirinya ini. Namun belakangan, karena peduli pendidikan Barry, Ann Dunham mengirim Obama ke Hawaii di usia 10 tahun, dan di sinilah Barry justru meletakkan visinya untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.

Cerita ini muncul dalam buku 'A Singular Woman: The Untold Story of Barack Obama's Mother' yang ditulis wartawan New York Times, Janny Scott. New York Magazine kemudian menurunkan laporan serial mengenai sari buku ini.

Meski berfokus pada Ann Dunham yang wafat pada 1995 lalu, buku ini menyinggung soal masa kecil Obama di Indonesia, termasuk pandangan yang membentuknya sebagai seseorang yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44.

Di buku ini pula tersebut kisah Barry yang berkulit hitam dan keriting mengalami perlakuan rasial saat kecil di Indonesia. Namun justru, pengalaman ini membuat Barry menjadi seseorang yang kalem dan sabar.

Scott menulis, "Orang Jawa, khususnya Jawa Tengah, menaruh perhatian khusus pada pengendalian diri... Pengendalian diri ditanamkan melalui budaya menggoda, kata Kay Ikranagara kepada saya. Suaminya, Ikranagara, menyatakan, "Orang menggoda orang lain karena warna kulit sepanjang waktu". Jika seorang anak kecil membiarkan godaan itu mengganggunya, dia akan digoda lagi.

Jika dia tak acuhkan, godaan akan berhenti. "Duta Besar kami mengatakan ini yang menyebabkan Barry belajar menjadi kalem," kata Kay. "Jika kamu marah dan bereaksi, kamu kalah. Jika kamu belajar tertawa dan tak mempedulikannya, kamu menang".

Militer Vietnam di balik pembalakan liar di Laos

29 July 2011

Log di Qui Nhon, Vietnam - photo EIA
Sebuah investigasi sehubungan dengan semakin mengecilnya kawasan hutan di Laos sejak 2010 - 2011 kemarin Kamis, 28 Juli 2011 melaporkan bahwa militer Vietnam berperan sangat besar dalam pembalakan liar hutan di Laos selama ini. Vietnam sebagai pengekspor produk kayu ke Eropa dan Amerika mengandalkan pasokan bahan baku kayu logs 80% dari beberapa negara penghasil kayu termasuk Malaysia, Laos, Selandia Baru, Kepulauan Solomon, Uruguay, Afrika Selatan dan lainnya.

Investigasi tersebut dilakukan oleh EIA (Environmental Investigation Agency) yang bermarkas besar di London, Inggris selama kurun waktu 2010 - 2011 dengan judul CROSSROADS.
Jenis kayu yang selama ini secara ilegal didatangkan ke Vietnam adalah kayu 'Yellow Balau' dan Keruing. Dilaporkan pula bahwa pembeli kayu ilegal terbesar adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh militer Vietnam.
Pada kunjungan terselubung di sebuah dermaga laut bernama Qui Nhon, Vietnam, investigator menemukan fakta ratusan kayu Yellow Balau di dermaga tersebut dimiliki oleh sebuah perusahaan Vietnam dengan mencantumkan nama instansi militer tertentu.

Dari hasil penemuan tersebut, di dalam laporannya EIA memberikan rekomendasi kepada 4 pihak yang memiliki peranan penting dalam memberantas pembalakan liar tersebut.
1. Pemerintah Laos
- Memperkuat pelarangan ekspor kayu bulat
- Mempublikasikan semua batas kuota penebangan hutan dan proses seleksinya.
- Menkaji ulang aturan pembukaan hutan untuk lahan pertanian.

2. Pemerintah Vietnam
- Menghargai peraturan negara Laos dengan cara melarang impor kayu dari Laos.
- Membuka pembicaraan bilateral dengan pemerintah Laos tentang tatacara perdagangan kayu kedua negara.
- Bekerjasama dengan asosiasi pengusaha industri kayu di Vietnam untuk tidak menggunakan kayu dari Laos.
- Untuk tidak melibatkan militer dalam operasi pendistribusian kayu dari Laos.

3. Uni Eropa
- Membuka diskusi dengan kedua pemerintah Laos & Vietnam terkati masalah pembalakan liar.

4. Perusahaan industri kayu dan peritel yang terkait
- Memastikan bahwa sumber bahan baku kayu dari Vietnam memiliki dokumen yang bukan diimpor dari Laos.

Pada tahun 2008, EIA sudah pernah memberikan laporan serupa terkati pembalakan liar di Laos dan distribusinya ke Vietnam yang berjudul BORDERLINES. Apabila anda ingin mendapatkan laporan dalam file pdf.